AYAT-AYAT
YANG MENJELASKAN TENTAN ORANG KAYA
Bismillahirrahmanirrahim
Dan carilah pada apa yang telah Allah karuniakan kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari
(kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Al-Qashash: 77)
Membaca ayat tersebut di atas, petunjuk Allah SWT kepada
kita adalah hendaknya kita memfokuskan diri lebih kepada kepada urusan untuk
mempersiapkan bekal sesudah mati (akhirat). Sedangkan urusan
kenikmatan/kebahagiaan duniawi, Allah SWT hanya mengatakan “laa tansa = jangan
kamu lupa”, yang berarti ambillah secukupnya dengan bersikap zuhud terhadap
dunia.
Dengan ayat ini ada yang berargumen, tidak mengapa seorang
muslim memiliki rumah mewah, mobil mewah, dst asalkan masih mengingat Allah.
Apakah pantas mereka berargumen demikian sedangkan kemiskinan kian bertambah di
negeri ini ?!
Kalau kita cermati, apa pengertian “jangan melupakan bagian
dunia” adalah hendaknya kita senantiasa merasa cukup dengan kehidupan dunia,
karena kehidupan dunia ini hanya permainan yang fana.
“Lalu, apakah boleh bercita-cita menjadi kaya?” Mungkin semua sepakat bahwa kekayaan
adalah hal yang menarik, yang diinginkan dan didambakan oleh hampir semua
orang. Akan tetapi siapa sangka bahwa ternyata tidak semua jenis dan kondisi
kekayaan, kebercukupan, dan keberadaan adalah hal yang terpuji. Al-Qur’an
ternyata menunjukkan bahwa Allah tidak selalu berpihak apalagi memuji orang
kaya.
Dalam ayat al-Qur’an dan hadits Nabi saw kita temukan dua
istilah yang berarti kekayaan. Ada istilah ghina (kaya), dan ada
istilah tarof (mewah). Keduanya menunjukkan makna kekayaan,
kebercukupan dan keberadaan. Tapi nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah punya sikap
yang berbeda dengan kedua istilah tersebut.
Dalam al-Qur’an pemakaian akar kata ghina jarang dipakai
untuk konteks mengecam. Al-Qur’an memakai kata ghaniyy untuk mengungkapkan
sifat Allah Yang Maha Kaya. Sedangkan untuk manusia Allah memakai bentuk jamak (aghniya’)
yaitu orang-orang kaya, seperti di surat al-Baqarah ayat 273, Ali Imran 181,
dan at-Taubah 93 semuanya dalam bentuk nakirah (indefinite) dan
dalam surat al-Hasyr ayat 7 dalam bentuk ma’rifah (definite).
Dalam ayat-ayat tersebut Allah tidak menganggap kekayaan sebagai sesuatu hal
yang tercela, Allah swt menyebutkan kata aghniya’ dengan netral.
Kalau
kita lihat hadits Nabi saw kita akan temukan sikap yang sama terhadap ghina
dan akar katanya. Rasulullah saw bahkan memuji kondisi kaya dalam banyak hal
misalnya dalam hadits riwayat imam Muslim:
“Sedekah terbaik adalah yang dikeluarkan dalam keadaan cukup
(kaya), dan tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan mulailah dari
keluargamu.”
(HR Muslim)
Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Sa’d bin Abi Waqqash, Rasulullah saw bahkan
mengatakan bahwa kondisi kaya bagi ahli waris lebih baik dari kondisi miskin
tak berdaya. Rasulullah saw bersabda kepada Sa’d:
“Sesungguhnya
jika engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik dari pada
engkau tinggalkan mereka miskin meminta-minta kepada orang.(HR al-Bukhari dan Muslim)
Meskipun
juga Rasulullah saw tidak mengajarkan kita untuk menjadi materialistis,
menganggap bahwa kekayaan materi adalah segalanya. Rasulullah saw berkata bahwa
“Kekayaan bukanlah dengan banyaknya materi tetapi kekayaan
adalah kekayaan jiwa.”
(HR al-Bukhari dan Muslim).
Itu
tadi tentang istilah ghina, bagaimana dengan istilah tarof? Kita
temukan dalam al-Qur’an bahwa orang-orang yang mutrof (bermewah-mewahan)
selalu dikecam. Kata tarof dan akar katanya disebutkan tiga kali dalam
al-Qur’an dan ternyata semua bernada mengecam.
Kita
lihat bagaimana surat al-Waqi’ah berbicara tentang “golongan kiri” yang
merupakan penduduk neraka. Di ayat 45 Allah menyebutkan sifat mereka:
“Sesungguhnya mereka sebelumnya (ketika di dunia) adalah
orang yang bermewah-mewahan.” (QS. Al Waqi’ah: 45)
Kita
baca lagi surat al-Israa’, dalam ayat ke 16 Allah swt berfirman:
“Dan jika Kami ingin menghancurkan sebuah negeri, Kami
perintahkan orang-orang yang bermewah-mewahan dari mereka sehingga mereka
berbuat dosa di negeri itu, lalu mereka berhak mendapakan ketentuan (azab), dan
Kami hancurkanlah negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. al-Israa’: 16)
Dalam
surat Hud juga ditemukan bagaimana pengaruh orang-orang yang bermewah-mewahan
itu. Allah swt berfirman pada ayat 116:
“Dan orang-orang yang zhalim mengikuti kemewahan yang ada
pada mereka. Dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Hud: 116)
Dari sini secara umum kita bisa melihat perbedaan antara
kekayaan yang terpuji dan kesejahteraan yang layak diperjuangkan, dengan
kemewahan dan kehidupan glamour yang tidak dipuji bahkan dikecam oleh
al-Qur’an.
Layak untuk direnungkan bagi kita terutama bangsa Indonesia
yang sedang berjuang meraih kesejahteraan agar menyadari bahwa capaian materi
yang diajarkan oleh Islam bukanlah kehidupan yang glamour dan berfoya-foya.
Al-Qur’an membedakan antara kekayaan yang terpuji dengan kemewahan yang
tercela.
Allah swt membolehkan bahkan mendorong adanya kekayaan bukan
untuk dinikmati didunia ini semata-mata. Tetapi untuk diberikan kepada yang
berhak, diinfakkan pada hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan umum, untuk
membela agama dan negara, serta tujuan-tujuan mulia lainnya. Sedangkan kekayaan
yang hanya digunakan untuk berfoya-foya dan bahkan untuk menyombongkan diri,
adalah bencana yang hanya mencelakakan sang pemiliknya saja.
Konglomerat generasi pertama Islam yaitu Abdurrahman bin
‘Auf radhiallahu’anhu pun yang termasuk dijamin masuk surga tidak berbuat
mewah. Bila ia berkumpul dengan para pembantunya niscaya kamu tidak dapat
membedakan mana Abdurrahman bin ‘Auf radhiallahu’anhu dan pembantunya
dikarenakan pakaiannya yang sangat sederhana. Ia sadar dunia hanya tempat
singgah sebentar saja. Itulah kehidupan generasi pertama Islam yang membacanya
niscaya akan berurai air mata. Dunia dalam gengamannya tapi mereka tidak mau
diperbudak oleh dunia. Semoga kita sadar akan hal ini.
Dari hadits-hadits dan kisah sahabat nabi, Abdurrahman bin
‘Auf di atas, kita bisa mengambil hikmah bahwa, sikap yang terbaik bekerja
dengan optimal dan menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah, janganlah malas
dalam bekerja, sehingga seorang akan menjadi lebih bermanfaat bagi umat, serta
hendaknya tetap zuhud dengan hal-hal dunia.
Wallahu’alam
bi shawwab..
(dari berbagai sumber).
Orang
kaya, ia bias masuk surga karena hartanya, pun bias masuk neraka karena
hartanya.
Maksudnya
: Jika ada orang kaya yang hartanya didapati dari jalan yang benar dan meyakini harta itu adalah titipan
dari Allah kemudian mengeluakan zakat, sedekah, infaq, mensantuni anak yatim.
Itu orang kaya dengan hartanya insya Allah masuk surga. Sebaliknya jika ada
orang kaya dengan hartanya ia masuk neraka, hartanya ia dapati dari jalan yang
tidak benar, ia mendapat hartanya dengan cara sikut atas jilat atas jilat
bawah, rentenir, nipu orang kemudian setelah dapat harta pelitnya minta ampun
itu orang kaya dengan hartanya akan masuk neraka. (Menurut Misbahruddin)
1. Ayat
yang menjelaskan tentang orang kaya terdapat seperti dalam
-
(QS. At Taubah Ayat 34-35)
-
(QS. Ali Imron Ayat 180)
Dan
masih banyak yang dapat dijelaskan ayat dan hadits tentang orang kaya sebagai
berikut :
Dalam
Al Qur’an dan Hadist Nabi di jelaskan banyaknya ancaman dan Neraka Jahannam
menanti bagi orang kaya yang tidak memahami akan kuwajibannya yang harus di
jalankan diantaranya :
وَالَّذِيْنَ
يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيْمٍ * يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِيْ نَارِ
جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْ هَذَا مَا
كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ * سورة التوبة
أية 34-35
“Dan Orang-Orang yang menyimpan emas dan perak (harta) dan
tidak mau menInfakkannya kepada Sabillillah, Maka beritahukanlah pada mereka
bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih (Neraka). Pada harinya emas dan
perak (harta) di panaskan di dalam Neraka Jahannam lalu di bakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu di katakana) Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri (tidak mau mengeluarkan zakatnya), Maka
rasakanlah sekarang apa yang kamu simpan itu. [QS. At Taubah Ayat 34-35]”
وَلاَ
يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَا آَتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ
خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ... الأية * سورة آل عمران أية
“Dan janganlah menyangka sungguh Orang-Orang yang Bakhil
(pelit) dengan harta Alloh yang di berikan kepadanya, Bahwa kebakhilan-Nya itu
baik bagi mereka, tapi sebaliknya kebakhilan itu buruk bagi mereka, harta yang
mereka bakhilkan itu akan di kalungkan di leher mereka kelak di hari Qiyamat … [QS. Ali Imron Ayat 180]”
2. Hadits Nabi
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِيْنَارٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِيْ صَالِحٍ
السَّمَّانِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَلَمْ يُؤَدِّ
زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ
زَبِيْبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ... الحديث * رواه صحيح البخاري
“Dari Abu Hurairoh berkata: Nabi bersabda: Barang siapa yang
di beri harta oleh Alloh kemudian tidak mau menunaikan zakat-Nya, Maka harta
tersebut pada hari Qiyamat akan di jelmakan menjadi seekor ular yang besar lagi
gundul yang mempunyai dua taring dan kelak di hari Qiyamat akan di kalungkan
pada mereka orang kaya yang tidak mau berzakat. [HR. Shohih Al Bukhori]”
Dan dalam menyikapi dalil tersebut diatas warga LDII yang
rata-rata adalah warga yang ekonominya menengah kebawah bisa dan mampu
menjalankan-Nya di antara-Nya suksesnya pembangunan Masjid, Pondok-Pondok
Pesantren, Gedung DPD Kabupaten, Propinsi, Pusat dan lainnya
Dalam hal ini peran aktif para Muballight-Mubalilighot dan
para Ulamak LDII dengan rutin dan berkesinambungan untuk senantiasa menasehati
dan mengarahkan kepada Jama’ah LDII untuk senang dan hoby di dalam menyisihkan
sebagian hartanya baik benda maupun tenaganya untuk Sabillillah yang tidak lain
hanya untuk mengembangkan dan meramut serta mengagungkan Syair-Syair Alloh agar
Anak cucu kita bisa senantiasa untuk beribadah yang tidak lain adanya sarana
dan prasarana yang memadahi, dan jika kita mau untuk mengagungkan Syair Alloh
termasuk mau menyisihkan sebagian hartanya untuk Sabillillah demi kelancaran di
dalam beribadah, maka demikian itu termasuk dari Taqwanya hati berdasarkan
firman Alloh dalam Al-Qur’an :
وَمَنْ
يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ * سورة الحج أية
32
“Dan barang siapa yang mau mengagungkan Syair-Syair Alloh,
maka demikian itu termasuk dari Taqwanya hati. [QS. Al Haji Ayat 32]”
3.
Ada
beberapa nasehat untuk orang kaya antara
lain :
Ini juga nasehat untuk orang kaya
yang berbentuk cerita Qorun dalam alquran, harta menurut alquran bagaimana? Apakah
harta itu anjugerah ataukah ujian kepada manusia ? lalu bagaimana sikap kita
terhadap harta itu ?
Harta dapat menjadi nikmat apabila yang ia dicari dengan
jalan halal dan dikeluarkan di jalan Allah, islam tidak hanya menjelaskan apa
harta itu, untuk apa harta itu tetapi darimana diperoleh dan bagaiman
menyalurkannya ?
Apabila harta itu diperoleh atas
jalan yang dilarang oleh Allah maka harta itu adalah bencana yang dikirim oleh
Allah didunia sebelum bencana diakhiratnya,Jada bermacam-macam pertanyaan Allah
ketika menginjak padang mahsyar salah satunya adalah mengenai hartanya dan
jawabannya itu akan menjadikan dia tergolong orang yang selamat yang akan
digiring ke surga ataukah jatuh ke neraka.
Al-anfal 28 “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar[8:28]. Disana gamblang bahwa harta itu merupakan ujian dan cobaan kepada manusia setiap ujian itu pasti ada yang sukses dan ada juga yang gagal, yang selamat melewati ujiabn ini akan mendapat pahala yang besar dihadapan Allah.
Al-anfal 28 “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar[8:28]. Disana gamblang bahwa harta itu merupakan ujian dan cobaan kepada manusia setiap ujian itu pasti ada yang sukses dan ada juga yang gagal, yang selamat melewati ujiabn ini akan mendapat pahala yang besar dihadapan Allah.
Apabila mensyukuri pastilah akan
ditambah oleh Allah dan yang mengkufuri ada azab yang pedih dari Allah.
Sesungguhnya harta dan anak kalian adalah fitnah ujian dan cobaan. Karena itu
jangan terlalu bangga dengan ujian kita belum tentu kitaselamat atas ujian ini.
Harta ini merupakan ujian agar menampak indah dan tidak akan orang berhias dengan hartanya selamanya, harta dan anak merupakan hiasan dunia tapi sesungguhnya yang terbaik disisi Allah itu adalah amal sholeh.
Setiap umat itu ada cobaan dan cobaan untuk umat hari ini adalah harta, sebenarnya kikir itu tidak murni jelek, sombong tidak murni jelek tapi dimana diletakkan maka akan ketahuan keliatan jelek ataukah bagus. Alquran ini menyebutkan harta ini “khoir” sesuatu yang baik, kapan?? kalau digunakan dalam jalan yang baik, harta itu sebaik-baik penolong dijalan Allah
Harta itu bukan dijadikan tolak ukur
kemuliaan dihadapan Allah dan ini ditolak Alquran, itu konsep yang salah yang
sebenarnya ialah kalian tidak memberi makan orang miskin dan memuliakan orang
yatim, apabila ia mampu memberi semua itu tadi maka ia akan menjadi mulia
dihadapan Allah. [al-mukmin 55-56]
[23:55] Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa)[55], Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar {1008}[23:56] .
[Qs sabak 37] “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga) {34:37}
[23:55] Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa)[55], Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar {1008}[23:56] .
[Qs sabak 37] “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga) {34:37}
Bukan berati harta banyak anak banyak ia deket sengan Allah yahg dekat dengan Allah ialah apabila ia gunakan harta untuk beramal sholeh dan anaknya dibimbing kejalan Allah
Alquran menceritakan orang kafir berpandangan harta mereka akan menyelamatkannya dari siksaan Allah dan akan kekal abadi bersama kenikmatan anggapan ini salah total maka ia jadi sibuk menumpulkan dan menghitung terus tanpa berfikir dia akan mati karena ia menganggap harta ini akan mengekalkannya ia baru sadar ketika sudah berada dalam kuburan tapi sadar saat itu percuma mustahil karena tidak akan kembali ke dunia lagi.
Allah menceritakan kepada kita
ceritakan dalam alquran seseorang yang memiliki 2 (dua) kebun yang subur dan
menghasilkan banyak hasil Allah tidak mendoliminya tidak mengurangi tapi dia
masuk ke kebunnya dengan penuh congkak dan sombongnya membanggakan hartanya
spontan dibakar habin kedua kebunnya itu ia baru sadar kalau hartanya itu bukan
miliknya. kalau ketemu orang yang kaya cepet akrabnya dan memandang orang
miskin mata sebelah, suka memamerkan kekayaannya dihadapan orang miskin Qorun
pernah show dengan seluruh hartanya. Ia tidak meyakini adanya kiamat dan
apabila ada kiamat ia meyakini kalau ia dibangkitkan pasti kaya juga spontan
Allah membakar kebunnya dan akhirnya sadar.
Orang menjadi melampaui batas ketika beranggapan tidak butuh yang lain dan berbuat durjana di bumi Allah, kalau Allah mencurahkan semua rizki-Nya maka manusai akan semakin lupa dengan Allah, mak Allah hanya menurunkan sesuai kadarnya karena Allah Maha mengetahui.
Orang menjadi melampaui batas ketika beranggapan tidak butuh yang lain dan berbuat durjana di bumi Allah, kalau Allah mencurahkan semua rizki-Nya maka manusai akan semakin lupa dengan Allah, mak Allah hanya menurunkan sesuai kadarnya karena Allah Maha mengetahui.
Apabila orang sudah gila hartanya maka ia akan lebih kejam lagi daripada penguasa yang dholim, orang yang punya harta ingin mengatur semua Orang ia tidak mau didekte orang ia beranggapan ia yang paling benar dan berkuasa, seperti kaum nabi suaib karena nabi ingin mengatur harta-harta mereka maka yang pertama kali menolak adalah orang-orang yang kaya karena mereka tidak mau diatur. Qorun juga sudah kebal dengan nasehat karena beranggapan harta yang ia peroleh adalah dari kepandaiaanya sendiri bukan dari Allah, kalau Allah berkehendak mengapa Allah tidak membantu mereka (orang miskin) sendiri?? mereka tidak percaya neraka, tidak percaya hari kiamat, ini kadang diungkapkan tanpa sadar.
Orang yang selalu sibuk dengan harta tidak akan pernah
konsekuen dengan agama,
[al fatah;11] “Orang-orang Badwi
yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan: "Harta dan
keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami";
mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya.
Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi
kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudharatan bagimu atau jika Dia menghendaki
manfa'at bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[48:11]
Mereka orang-orang yang tidak
bergabung dengan rosul dengan berbagai alasan, semua yang membawa kehancuran
kita pada dunia dan akhirat itu adalah musuh. Kadang orang yang berharta itu
ketika diberi dakwah kepada mereka bukan menjadi dekat kepada Allah tapi
menjadikan mereka semakin jauh.
Ada ungkapan yang keliru dan
menjauhkan dari Allah yaitu “Cari yang haram susah apalagi yang halal?”
Ungkapan ini sangat berbahaya dihadapan Allah, mereka beranggapan kalau mencari
yang halal ia pasti mati ini ungkapan yang salah. Harta di akhirat tidak akan
pernah kita bawa paling kalau mati yang dibawa cuman kain kafan, bukan berarti
kita dilarang menjadi kaya tapi jangan jadikan harta ini adalah tujuan hidup
mereka akan tergelincir dalam kehancuran tapi jadikan harta ini sebagai wasilah
dan yang menyambung kenikmatan dunia ke Akhirat karena disana kehidupan yang
sebenarnya.
Harta ini milik Allah kita tidak
punya apa-apa seperti ketika kita lahir dan kita mati cuman bedanya kalau mati
kita membawa kain kafan, jangan memuji harta dan jangan pula mencelanya kecuali
untuk Allah
Harta adalah sebaik-baik pembantu
kita untuk selamat di akhirat, sesial-sial orang ialah apabila ia gila harta
dan menuju kepada Allah tanpa membawa bekal, dunia ini adalah ladang kita untuk
membangun kehidupan kita di akhirat, harta yang kekal adalah harta yang sudah
diberikan untuk Allah. Harta bukan seseatu jika tidak dijadikan untuk amal
untuk Allah tapi harta segala sesuatu jika kita gunakan untuk amal.
·
Mengenai cerita Qorun dalam [Qoshosh
;76-83]
1.
Jangan
gembira yang berlebihan sampai congkak karena Allah tidak suka sombong sehingga
lupa daratan, menerima khikmatan Allah yang membawa lupa kepada pemberi
nikmatnya, melupakan semua ketentuan Allah amat gembira ini yang dilarang.
Sombong itu menolak kebenaran menolak kebaikan, sombong bukan berarti memakai
pakaian yang terbaik, orang yang sadar dirinya darimana berasal maka ia tidak
akan congkak lagi,
2.
Kejarlah
akhirat dari harta-harta ini untuk pelantara memakmurkan kehidupan akhirat,
orang dengan hartanya bisa menjadikan ia lebih dekat dengan Allah, jangan jadi
orang yang tidak menimati dunia dan di akhirat tidak dapat apa-apa. Harta yang
telah keluarkan itu milik kita bukan harta yang masih kita simpen belum pasti
milik dia.
3.
Pertama
Allah tidak memerintahkan mengeluarkan semua harta maka nikmatilah dunia ini,
karena Allah senang kalau yang diberi tadi menikmatinya apa yang Allah berikan
semua ini niatkan untuk akhirat kitapun memperolehnya pahalanya di akhirat.
Kedua [al-a'rof; 32] Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat {536}." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
Kedua [al-a'rof; 32] Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat {536}." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
4.
Berbuat
baik seperti Allah berbuat baik kepadamu, sering manusia menepuk dadanya ia
kira semua itu dari kepandaiaanya bukankah Allah yang mengirim semua ini
kembalinya semuanya dari Allah, kitakan tidak mau Allah memutus rizki kita maka
kita harus berbuat baik kepada sesama juga, maka jangan putus rizki orang-orang
yang membutuhkan dari harta-hartamu, apabila kita berbuat baik maka yang
pertama kali untung pertama kali adalah sipemberi karena pahalanya dilipat
gandakan Allah baru orang lain merasakannya, kikir berarti kikir untuk dirnya
sendiri.
5.
Jangan
berbuat durjana melalui harta ini untuk meresahkan bumi Allah, harta ini akan
menjadi bencana bila yang memegang tangan yang salah, berapa banyak orang yang
tunduk oleh orang berharta, undang-undang bisa diubah oleh orang-orang
berharta, bacalah surat (al-Qolam dan al-kahfi).
Sumber :
- Sentuhan Qolbu Bersama Habib
Muhammad bin Alwi Pasrusuhan
- www.pasfmpati.com Streaming PukuL 00:00 Wib
- www.pasfmpati.com Streaming PukuL 00:00 Wib
-
websitestory.co.cc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar