MAKALAH BAHASA INDONESIA
TENTANG
PERANAN BAHASA BIMA DALAM KEHIDUPAN
DAN MAKNA KATA HUBUNG RA& RO
Makalah
Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Bahasa Indonesia
OLEH
MISBAHRUDDIN
A1C
011 089
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
MATARAM
TAHUN
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
inayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Peranan Bahasa Bima
dalam Kehidupan dan Makna kata Hubung ra”
ini dapat diselesaikan serta dibaca oleh pembaca. Shalawat dan salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, sebagai pembimbing
dan pendidik serta penerang hati umat manusia.
Makalah
ini ditulis dengan harapan dapat memperkaya literatur dan memenuhi tugas akhir
Bahasa Indonesia yang hingga saat ini menjadi salah satu bahan perkuliahan pada
program sarjana S1 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Makalah
ini diharapakan dapat bermanfaat bagi para mahsiswa Fakultas Ekonomi, terutama
yang sedang mempelajari mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia yang bermateri Penulisan
Karya Ilmiah.
Keberhasilan
makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Mataram Prof. Ir. H.
Sunarpi, Ph. D yang dimana beliau menjadi orang pertama dan tertinggi yang akan
bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dalam UNRAM, Dekan fakultas Ekonomi Bapak
Prof. Thatok Asmony, MBA. DBA beliau selaku pimpinan di Fakultas Ekonomi UNRAM yang
selalu memberikan yang terbaik bagi seluruh kalangan Fakultas, selanjutnya
penulis ucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Akuntansi Susi Retna C, SE.
MSi.Ak yang hingga saat ini tetap konsisten dalam meningkatkan semangat dan
kualitas mahasiswa demi keberhasilan mereka dimasa yang akan datang, Dosen
Bahasa Indonesia Bapak Drs. H. Nasaruddin M. Ali, dengan berkat ilmu yang
disalurkan kepada penulis sehingga
penulis memiliki pemahaman yang cukup
untuk menuangkan isi pikiran kedalam satu karya tulis, tenaga Administartif
yang telah membatu dalam hala pengetikan, orang tua Bapak M. Noor H. Yusuf dan
Ibu Salmah yang tentunya merupakan orang yang sangat berjasa dalam
menyelesaikan makalah ini yaitu melalui dukungan moral yang terus mereka
berikan kepada penulis dan juga dukungan materi yang terus mengalir demi
terselesainya makalah ini, dan penulis mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang selalu memberi pemahaman dan sekaligus penulis mohon maaf
karna selama dalam pembuatan makalah ini merasa terganggu atau dirugikan.
Penulis
menyadari masih terdapatnya kekurangsempurnaan materi bahasa dalam makalah ini,
penulis mengharapkan saran-saran perbaikan yang membangun dari pembaca.. Semoga
makalah ini bermanfaat dan senantiasa mendapatkan Ridho Allah swt. Amin
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULIUAN .................................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang………………………………………………… 1
1.2
Rumusan
Masalah ……………………………………………. 2
1.3
Tujuan
Penelitian……………………………………………… 2
1.4
Manfaat
Penelitian ……………………………………………. 3
1.4.1
Manfaat
Teoritis ……………………………………………… 3
1.4.2
Manfaat
Praktis……………………………………………….. 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 4
2.1.
Kerangka
Teori ………………………………………………. 4
2.1.1.
Hakikat
Perilaku …………………………………………….. 4
BAB III. PEMBAHASAN ............................................................................. 5
BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................... ....... 6
BAB V. PENUTUP ........................................................................................ ....... 7
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... ....... 7
5.2. Saran ..................................................................................................... ....... 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ....... 8
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa sebagai
alat komunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi
kebutuhan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat berinteraksi dengan orang lain.
Bangsa Indonesia selain memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
kenegaraan, juga memiliki bermacam-macam bahasa daerah atau dikenal dengan
bahasa ibu bagi setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa.
Bahasa-bahasa
daerah merupakan kekayaan nasional yang perlu dilestarikan dan dibina dalam
rangka mengembangkan dan memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Bahasa Bima
adalah bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi bagi masyarakat Bima dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Di lain sisi, bahasa Bima sebagai alat
pengungkap kebudayaan daerah yang meliputi kesenian, hukum, adat istiadat, agama,
dan pengobatan nasional. Taraf hidup masyarakat Bima di kepulauan sumbawa
bagian timur pada umumnya sejajar dengan taraf hidup masyarakat yang berada di
sebelah barat pulau sumbawa lainnya.
Penelitian bahasa
Bima sebelumnya pernah dilakukan penelitian tentang reduplikasi semantis bahasa
Bima oleh Maesyarah (2003), yang mengatakan bahwa dalam bahasa Bima terdapat
pengulangan bentuk bersinonim seperti halnya juga dalam bahasa Indonesia.
Contoh dalam bahasa Indonesia yaitu cerdik-pandai, hancur-lebur, gembira-ria.
Cerdik memiliki makna yang sama dengan pandai, hancur memiliki makna yang sama
dengan lebur, dan gembira memiliki makna yang sama dengan ria. Hal serupa dapat
kita jumpai dalam bahasa Bima contohnya,
ganta ra zeka, kanta ra lara. Ganta adalah kata yang
bersinonim dengan lara (melarang). jadi, perbedaannya adalah perulangan bentuk
bersinonim dalam bahasa Bima selalu disisipi oleh ra atau ro.
Berdasarkan
penelitian dan gambaran hasil pembahasan tentang reduplikasi semantis bahasa Bima
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji perilaku satuan lingual ra. Dalam bahasa Bima ditemukan bahwa
terdapat satuan lingual ra sebagai
kata penghubung yang bermakna dan dan
yang dalam bahasa indonesia. Sesuai
dengan gejala kebahasaan tersebut yang diangkat dalam penelitian ini hanya pada
batasan ra sebagai kata penghubung
yang bermakna dan. Sebagai bahan
perbandingan, berikut akan dipaparkan beberapa contoh satuan lingual ra yang bermakna dan dan yang.
Sebagai
contohnya, ra sebagai kata penghubung
ra dalam tuturan:
/ la hama ra la hawa / ‘si hama dan si
hawa’ (frase); / ama ra inana waura
made / ‘bapak dan ibunya sudah
meninggal’ (kalimat); dan ompu mbuipu ngge’ena di nggaro ra wa’i na waura midi Ä‘i kampo / ‘kakek masih tinggal di kebun dan nenek sudah tinggal di kampung’
(antar kalimat). Contoh ra sebagai
kata pnghubung yang :/ sara’a ra caritana/ semua yang diceritakannya’ (frase); / baju ra duБa nahu waura mango/ ‘baju yang
saya cuci sudah kering’ (kalimat).
Seperti halnya
contoh ra sebagai kata penghubung yang di atas, dalam buku tata bahasa Indonesia
dikemukakan bahwa terdapat kata ganti penghubung (pronominal relativa), sebagai
kata yang dihubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam
induk kalimat (gorys keraf, 1984; 69-70).
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
bentuk perilaku satuan lingual ra sebagai
kata penghubung dan dalam bahasa Bima?
2. Bagaimanakah
fungsi satuan lingual ra sebagai kata
penghubung dan dalam bahasa Bima?
3. Apa
makna yang dikandung oleh satuan lingual ra
sebagai kata penghubung dan dalam
bahasa Bima?
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagaimana
yang disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui
bentuk perilaku satuan lingual ra
sebagai kata penghubung dan dalam
bahasa Bima
2. Mengetahui
satuan lingual ra sebagai kata
penghubung dan dalam bahasa Bima.
3. Untuk
mengetahui makna yang dikandung oleh satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan
dalam bahasa Bima.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat
Teoritis
Secara teoritis penelitian ini
diharapkan:
1. Dapat
dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.
2. Sebagai
bahan perbandingan bahasa daerah yang ada di seluruh wilayah Nusantara.
3. Sebagai
data atau informasi tambahan bagi peneliti berikutnya tentang bahasa Bima.
1.4.2
Manfaat
Praktis
Secara praktis, penelitian ini
dapat bermanfaat:
1. Sebagai
upaya untuk memperkaya khazanah kajian bahasa daerah Bima.
2. Diharapkan
dapat menjadi masukan sekaligus sebagai acuan dalam pembelajaran muatan lokal
atau bahasa daerah Bima di sekolah-sekolah yang ada di wilayah pemakai bahasa Bima.
3. Memperjelas
pemahaman tentang penggunaan satuan lingual ra
sebagai kata penghubung dan dalam
bahasa Bima pada khususnya.
4. Dijadikan
sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang memilki relevansi.
5. Menambah
pengetahuan dan wawasan baik bagi peneliti sendiri maupun bagi semua pembaca
penelitian ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian
bahasa daerah di Indonesia yang pernah dilakukan amat besar perannya terhadap
pengembangan dan kelanjutan penelitian bahasa Daerah, seperti diketahui hal
tersebut telah banyak dilakukan oleh pusat pembinaan dan pengembangan bahasa.
Hal ini adalah sebagai bandingan penelitian yang dapat memberi arahan dalam
proses penelitian. Penelitian dalam bahasa Bima sudah pernah dilakukan baik
oleh mahasiswa dalam bentuk skripsi maupun oleh dosen. dan adapun penelitian terdahulu
tersebut dilakukan oleh maesyarah (2003) tentang Reduplikasi Semantis Bahasa Bima, yang menyatakan bahwa dalam
bahasa Bima terdapat pengulangan betuk bersinonim yang selalu disisipi oleh ra atau ro. contohnya, ganta ra zeka, kanta ra lara.
Ganta
adalah kata yang bersinonim dengan lara (melarang). Kemudian dalam Penelitian Reduplikasi Sintaksis Dalam
Bahasa Bima oleh Ika Yulianti (2004) mempunyai persoalan bahwa terdapat
reduplikasi sintaksis, yang berciri pemarkah
ra yang membentuk kalimat perintah. Seperti contoh /tu’u-tu’u ra / ‘bangunlah’, /maru-maru ra / ‘tidurlah’ dan lain-lain.
2.1 Kerangka Teori
2.1.1
Hakikat
Perilaku
Perilaku dalam
satuan lingual disebut pula dengan sifat. Jika mengacu pada satuan lingual maka
perilaku dapat diartikan dengan sifat dari satuan lingual tertentu. Satuan
lingual tertentu itu dapat berwujud morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat
(sudaryanto, 1985:184-185). Senada dengan itu, Mahsun, (1987:9) mengemukakan
bahwa perilaku satuan lingual yang dimaksud adalah wujud kongkrit dari suatu
satuan lingual ketika bergabung dengan satuan lingual yang lain dan kemampuan
bergabung satuan lingual tersebut dengan kata tertentu.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Kata Penghubung
Dalam tata
bahasa baku bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa kata penghubung disebut pula
dengan konjungsi. Konjungsi merupakan kata tugas yang menghubungkan dua klausa
atau lebih. Kata seperti, dan, kalau,
dan atau. (Moeliono, dalam Maesyarah.
2003:15).
Kata penghubung
dan merupakan salah satu kata yang bertugas menghubungkan dua unsur atau lebih
yang memiliki satuan sintaksis yang sama baik. Baik itu unsur kalusa, frase,
maupun kata dan selalu berada diantara yang dihubungkan. Kata penghubung dan
juga disebut sebagai kelompok kata penghubung yang setara seperti, dan, atau, dan tetapi.
3.2. Bentuk Kata Penghubung
Bahasa terdiri
dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh
bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang disebut satuan yang dinyatakan satuan gramatik.
Satuan-satuan itu adalah wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem (M.
Ramlan, 1983;20).
Bentuk bahasa
adalah bagian dari bahasa yang diserap panca indera berupa mendengar atau
dengan membaca (Gorys Keraf, 1984:16). Berbeda dengan Mahsun (1987:8)
menyatakan bahwa bentuk adalah primer sedangkan pemakaian adalah sekunder.
Prinsip tersebut digunakan untuk menetapkan tahap analisis, terutama dalam
menetukan kategori kata yang dapat mengikuti satuan lingual tersebut dalam
salah satu wujud perilakunya.
3.2.1
Fungsi
Kata Penghubung
Dalam
pengertian kata penghubung sebelum ini, telah dikemukakan oleh para linguis,
bahwa istilah konjungsi, preposisi, dan kata depan merupakan pembahasan yang
tidak terpisahkan oleh karena pada
tataran fungsi salah satunya adalah menghubungkan kata dengan kata yang pada
umumnya tidak dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat. Kata penghubung selain fungsinya sebagai penghubung antar kata
maupun antar kalimat, secara gramatikal fungsi tersebut merupakan fungsi yang
muncul dari satuan lingual tertentu setelah berkontruksi dengan satuan lingual
yang lain dalam satuan bahasa.
3.2.2
Makna
kata penghubung
Dalam ilmu
bahasa Indonesia sintaksis (M. Ramlan, 1983:xiii-xv) mengemukakan bahwa selain
kalimat, penggolongan kalimat, fungsi unsure-unsur kalimat, dan kalimat aktif
dan pasif. Kata juga ditentukan berdasarkan arti sebagai kumpulan huruf yang
mengandung makna. Makna merupakan isi yang terkandung di dalam bentuk-bentuk
bahasa, yang dapat timbul karena kita mendengar kata tertentu. (Gorys Keraf,
1984:16-17)
Dalam hal makna
disebutkan pula bahwa makna diusahakan dapat ditentukan berdasarkan formalitas
bahasa juga. Misalnya, makna penjumlahan ditentukan oleh kemungkinan hadirnya
kata penghubung dan, makna pemilihan
ditentukan oleh hadirnya kata atau,
makna sebab ditentukan oleh kemungkinan hadirnya kata karena, makna alat
ditentukan oleh hadirnya kata depan dengan,
dan seterusnya.
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
2.1 Populasi Dan Sampel
2.1.1
Populasi
Penelitian
Populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian kita dari suatu ruang lingkup dan waktu
yang kita tentukan (Purwardarminta dan Syafrudin, 2000:15). Pendapat lain juga
menjelaskan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
1992:20).
Berdasarkan
kedua pendapat para ahli di atas, populasi penelitian mengenai perilaku satuan
lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima ini mencangkup
semua penutur asli yang berada di kecamatan sape kabupaten Bima. Kecamatan sape
merupakan wilayah yang sangat luas, sehingga dengan berbagai pertimbangan akan
lebih efisien jika dibatasi dengan penepatan sampel yang dianggap dapat
mewakili populasi tersebut.
2.1.2
Sampel
Penelitian
Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Arikunto, bahwa sampel adalah sebagian atau wakil yang
diteliti, yang merupakan sumber data kongkrit berupa tuturan yang diperoleh si
peneliti. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan yang dianggap mampu atau representatif mewakili populasi
tersebut. Dari keseluruhan populasi yang ada, diambil delapan belas orang yang
berasal dari enam desa yang berbeda yaitu desa rasabou, jia, na’e, naru, bugis,
dan kowo. Penelitian keenam desa tersebut dianggap dapat mewakili keseluruhan
populasi penelitian lainnya yaitu wilayah perkotaan, pesisir, dan wilayah
perdalaman.
Semua data
bersumber dari informasi yang diambil dari penutur asli bahasa Bima. Informan
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Usia
informan 20-50 tahun
2. Pendidikan
tidak terlalu tinggi (-SD + SMA)
3. Informan
adalah seorang penutur asli bahasa Bima
4. Sehat
jasmani dan rohani dan tidak menyulitkan (tuli dan sebagainya).
5. Bersikap
terbuka, sabar, jujur, dan bersedia menjadi informan (Samarin, 1998:61).
2.2 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap, dalam hal ini
terjadi percakapan atau kontak mata antara peneliti dan penutur (Sudaryanto,
1989:7). Teknik cakap semuka (Mahsun, 1995:94) dalam pelaksanaan peneliti
secara langsung melakukan pengamatan dan percakapan dengan para informan.
Bersumber pada pancingan berupa daftar pertanyaan.
Selain metode di
atas, penelitian ini juga menggunakan metode simak yaitu cara yang digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa (Mahsun, 1995:78). Metode ini memiliki teknik dasar yang terwujud teknik
sadap yaitu peneliti dalam upaya memperoleh data dilakukan dengan penggunaan
bahasa baik secara lisan maupun secara tertulis.
2.3 Metode Dan Teknik Analisis Data
Penelitian ini
bersifat deskriptif. Data dikumpulkan bukanlah angka-angka melainkan kata-kata
atau gambaran sesuatu. Penelitian ini bersifat penggambaran fenomena-fenomena
kebahasaan yang terjadi pada penutur dan dilakukan dengan hanya berdasarkan
pada fakta yang ada atau fenomena-fenomena yang secara empiris hidup pada
penuturnya sehingga yang dihasilkan merupakan farian bahasa seperti apa adanya
(Sudaryanto, 1992:62). Setelah data terkumpul, kemudian langkah selanjutnya
adalah analisis data. Cara kerjanya yaitu dengan menghubungkan fenomena yang
ada dalam bahasa itu sendiri dan tidak dikaitkan dengan unsure-unsur yang
berbeda di luar bahasa itu.
2.4 Metode Dan Teknik Penyajian Hasil
Analisis Data
Hasil analisis
data yang berupa kaidah-kaidah dapat disajikan melalui dua cara yaitu, a.
Perumusan dengan menggunakan kata biasa termasuk penggunaan terminology yang
bersifat teknis, dan b. Perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau
lambang-lambang. Kedua cara di atas masing-masng disebut metode informal dan
metode formal (Mahsun, 1995:48) ikhwal penggunaan tanda-tanda dan
lambang-lambang merupakan teknik hasil penjabaran dari masing-masing metode
penyajian tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1.
KESIMPULAN
Dilihat
dari uraian diaatas dapat disimpulkan bahwa Bahasa-bahasa daerah merupakan
kekayaan nasional yang perlu dilestarikan dan dibina dalam rangka mengembangkan
dan memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia
Bahasa
Bima adalah bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi bagi masyarakat
Bima dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Di lain sisi, bahasa Bima
sebagai alat pengungkap kebudayaan daerah yang meliputi kesenian, hukum, adat
istiadat, agama, dan pengobatan nasional
5.2.
SARAN
Penulis menyadari masih
banyak kekurang sempurnaan bahasa dalam makalah ini, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulis ketika
membuat karya tulis dimasa yang akan datang bisa lebih baik lagi.
Diharapkan kepada semua
pihak agar meneliti kesalahan yang ada dalam makalah ini demi tercapainya
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Mahsun, dkk. 1987. Kedudukan dan Perilaku Satuan Lingual {i} dalam Bahasa Sumbawa Dialek
Jereweh. Mataram: Laporan Penelitian Universitas Mataram.
1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Maesyarah. 2003. “Reduplikasi Sintaksis Bahasa Bima”. Skripsi. Mataram: FKIP
Universitas Mataram.
Ramlan. 1980. Kata
Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.
Yogyakarta: C.V. Karyono
Sudaryanto. 1985. Metode dan Aneka Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Samarin, Willyam. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.
Yulianti Ika. 2004. “Reduplikasi Sintaksis dalam Bahasa Bima”: Skripsi Mataram: FKIP
Universitas Mataram.
bagi yang masuk blog ini saya ucapkan selamat membaca dan menikmati layanan ini
BalasHapusterima kasih telah mengabdet data ini
BalasHapus