Kamis, 10 Mei 2012

PERANAN BAHASA BIMA DALAM KEHIDUPAN DAN MAKNA KA HUBUNG RA & RO





MAKALAH BAHASA INDONESIA
TENTANG
PERANAN BAHASA BIMA DALAM KEHIDUPAN
DAN MAKNA KATA HUBUNG RA& RO













Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Bahasa Indonesia

OLEH
MISBAHRUDDIN
A1C 011 089
 S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2011-2012


 

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Peranan Bahasa Bima dalam Kehidupan dan Makna kata Hubung ra” ini dapat diselesaikan serta dibaca oleh pembaca. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw, sebagai pembimbing dan pendidik serta penerang hati umat manusia.
            Makalah ini ditulis dengan harapan dapat memperkaya literatur dan memenuhi tugas akhir Bahasa Indonesia yang hingga saat ini menjadi salah satu bahan perkuliahan pada program sarjana S1 Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi.
            Makalah ini diharapakan dapat bermanfaat bagi para mahsiswa Fakultas Ekonomi, terutama yang sedang mempelajari mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia yang bermateri Penulisan Karya Ilmiah.
            Keberhasilan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Mataram Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph. D yang dimana beliau menjadi orang pertama dan tertinggi yang akan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dalam UNRAM, Dekan fakultas Ekonomi Bapak Prof. Thatok Asmony, MBA. DBA beliau selaku pimpinan di Fakultas Ekonomi UNRAM yang selalu memberikan yang terbaik bagi seluruh kalangan Fakultas, selanjutnya penulis ucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan Akuntansi Susi Retna C, SE. MSi.Ak yang hingga saat ini tetap konsisten dalam meningkatkan semangat dan kualitas mahasiswa demi keberhasilan mereka dimasa yang akan datang, Dosen Bahasa Indonesia Bapak Drs. H. Nasaruddin M. Ali, dengan berkat ilmu yang disalurkan  kepada penulis sehingga penulis memiliki pemahaman yang cukup  untuk menuangkan isi pikiran kedalam satu karya tulis, tenaga Administartif yang telah membatu dalam hala pengetikan, orang tua Bapak M. Noor H. Yusuf dan Ibu Salmah yang tentunya merupakan orang yang sangat berjasa dalam menyelesaikan makalah ini yaitu melalui dukungan moral yang terus mereka berikan kepada penulis dan juga dukungan materi yang terus mengalir demi terselesainya makalah ini, dan penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu memberi pemahaman dan sekaligus penulis mohon maaf karna selama dalam pembuatan makalah ini merasa terganggu atau dirugikan.   
            Penulis menyadari masih terdapatnya kekurangsempurnaan materi bahasa dalam makalah ini, penulis mengharapkan saran-saran perbaikan yang membangun dari pembaca.. Semoga makalah ini bermanfaat dan senantiasa mendapatkan Ridho Allah swt. Amin


Wasalam


Penulis
 
 
                       


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULIUAN  .................................................................................... 1
1.1               Latar Belakang…………………………………………………        1
1.2               Rumusan Masalah …………………………………………….         2
1.3               Tujuan Penelitian………………………………………………        2
1.4               Manfaat Penelitian …………………………………………….        3
1.4.1         Manfaat Teoritis ………………………………………………        3
1.4.2         Manfaat Praktis………………………………………………..        3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................         4
2.1.             Kerangka Teori ……………………………………………….        4
2.1.1.         Hakikat Perilaku ……………………………………………..         4
BAB III. PEMBAHASAN .............................................................................          5
BAB IV. METODE PENELITIAN ............................................................... ....... 6
BAB V. PENUTUP ........................................................................................ ....... 7
5.1.     Kesimpulan ........................................................................................... ....... 7
5.2.     Saran ..................................................................................................... ....... 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ....... 8


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kebutuhan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat berinteraksi dengan orang lain. Bangsa Indonesia selain memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, juga memiliki bermacam-macam bahasa daerah atau dikenal dengan bahasa ibu bagi setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa.
Bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan nasional yang perlu dilestarikan dan dibina dalam rangka mengembangkan dan memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Bahasa Bima adalah bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi bagi masyarakat Bima dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Di lain sisi, bahasa Bima sebagai alat pengungkap kebudayaan daerah yang meliputi kesenian, hukum, adat istiadat, agama, dan pengobatan nasional. Taraf hidup masyarakat Bima di kepulauan sumbawa bagian timur pada umumnya sejajar dengan taraf hidup masyarakat yang berada di sebelah barat pulau sumbawa lainnya.
Penelitian bahasa Bima sebelumnya pernah dilakukan penelitian tentang reduplikasi semantis bahasa Bima oleh Maesyarah (2003), yang mengatakan bahwa dalam bahasa Bima terdapat pengulangan bentuk bersinonim seperti halnya juga dalam bahasa Indonesia. Contoh dalam bahasa Indonesia yaitu cerdik-pandai, hancur-lebur, gembira-ria. Cerdik memiliki makna yang sama dengan pandai, hancur memiliki makna yang sama dengan lebur, dan gembira memiliki makna yang sama dengan ria. Hal serupa dapat kita jumpai dalam bahasa Bima contohnya,  ganta ra zeka, kanta ra lara. Ganta adalah kata yang bersinonim dengan lara (melarang). jadi, perbedaannya adalah perulangan bentuk bersinonim dalam bahasa Bima selalu disisipi oleh ra atau ro.
Berdasarkan penelitian dan gambaran hasil pembahasan tentang reduplikasi semantis bahasa Bima tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji perilaku satuan lingual ra. Dalam bahasa Bima ditemukan bahwa terdapat satuan lingual ra sebagai kata penghubung yang bermakna dan dan yang dalam bahasa indonesia. Sesuai dengan gejala kebahasaan tersebut yang diangkat dalam penelitian ini hanya pada batasan ra sebagai kata penghubung yang bermakna dan. Sebagai bahan perbandingan, berikut akan dipaparkan beberapa contoh satuan lingual ra yang bermakna dan dan yang.
Sebagai contohnya, ra sebagai kata penghubung ra dalam tuturan:
/ la hama ra la hawa / ‘si hama dan si hawa’ (frase); / ama ra inana waura made / ‘bapak dan ibunya sudah meninggal’ (kalimat); dan ompu mbuipu ngge’ena di nggaro ra wa’i na waura midi Ä‘i kampo / ‘kakek masih tinggal di kebun dan nenek sudah tinggal di kampung’ (antar kalimat). Contoh ra sebagai kata pnghubung yang :/ sara’a ra caritana/ semua yang diceritakannya’ (frase); / baju ra duБa nahu waura mango/ ‘baju yang saya cuci sudah kering’ (kalimat).
Seperti halnya contoh ra sebagai kata penghubung yang di atas, dalam buku tata bahasa Indonesia dikemukakan bahwa terdapat kata ganti penghubung (pronominal relativa), sebagai kata yang dihubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda yang terdapat dalam induk kalimat (gorys keraf, 1984; 69-70).

1.2    Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah bentuk perilaku satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima?
2.      Bagaimanakah fungsi satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima?
3.      Apa makna yang dikandung oleh satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima?
1.3    Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui bentuk perilaku satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima
2.      Mengetahui satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima.
3.      Untuk mengetahui makna yang dikandung oleh satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima.

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1        Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan:
1.      Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama.
2.      Sebagai bahan perbandingan bahasa daerah yang ada di seluruh wilayah Nusantara.
3.      Sebagai data atau informasi tambahan bagi peneliti berikutnya tentang  bahasa Bima.
1.4.2        Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat:
1.      Sebagai upaya untuk memperkaya khazanah kajian bahasa daerah Bima.
2.      Diharapkan dapat menjadi masukan sekaligus sebagai acuan dalam pembelajaran muatan lokal atau bahasa daerah Bima di sekolah-sekolah yang ada di wilayah pemakai bahasa Bima.
3.      Memperjelas pemahaman tentang penggunaan satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima pada khususnya.
4.      Dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang memilki relevansi.
5.      Menambah pengetahuan dan wawasan baik bagi peneliti sendiri maupun bagi semua pembaca penelitian ini.

BAB II
 KAJIAN PUSTAKA
Penelitian bahasa daerah di Indonesia yang pernah dilakukan amat besar perannya terhadap pengembangan dan kelanjutan penelitian bahasa Daerah, seperti diketahui hal tersebut telah banyak dilakukan oleh pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. Hal ini adalah sebagai bandingan penelitian yang dapat memberi arahan dalam proses penelitian. Penelitian dalam bahasa Bima sudah pernah dilakukan baik oleh mahasiswa dalam bentuk skripsi maupun oleh dosen. dan adapun penelitian terdahulu tersebut dilakukan oleh maesyarah (2003) tentang Reduplikasi Semantis Bahasa Bima, yang menyatakan bahwa dalam bahasa Bima terdapat pengulangan betuk bersinonim yang selalu disisipi oleh ra atau ro. contohnya,  ganta ra zeka, kanta ra lara.
Ganta adalah kata yang bersinonim dengan lara (melarang). Kemudian dalam Penelitian Reduplikasi Sintaksis Dalam Bahasa Bima oleh Ika Yulianti (2004) mempunyai persoalan bahwa terdapat reduplikasi sintaksis, yang berciri pemarkah ra yang membentuk kalimat perintah. Seperti contoh /tu’u-tu’u ra / ‘bangunlah’, /maru-maru ra / ‘tidurlah’ dan lain-lain.

2.1  Kerangka Teori
2.1.1        Hakikat Perilaku
Perilaku dalam satuan lingual disebut pula dengan sifat. Jika mengacu pada satuan lingual maka perilaku dapat diartikan dengan sifat dari satuan lingual tertentu. Satuan lingual tertentu itu dapat berwujud morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat (sudaryanto, 1985:184-185). Senada dengan itu, Mahsun, (1987:9) mengemukakan bahwa perilaku satuan lingual yang dimaksud adalah wujud kongkrit dari suatu satuan lingual ketika bergabung dengan satuan lingual yang lain dan kemampuan bergabung satuan lingual tersebut dengan kata tertentu.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Kata Penghubung
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa kata penghubung disebut pula dengan konjungsi. Konjungsi merupakan kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Kata seperti, dan, kalau, dan atau. (Moeliono, dalam Maesyarah. 2003:15).
Kata penghubung dan merupakan salah satu kata yang bertugas menghubungkan dua unsur atau lebih yang memiliki satuan sintaksis yang sama baik. Baik itu unsur kalusa, frase, maupun kata dan selalu berada diantara yang dihubungkan. Kata penghubung dan juga disebut sebagai kelompok kata penghubung yang setara seperti, dan, atau, dan tetapi.
3.2.   Bentuk Kata Penghubung
Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan yang disebut  satuan yang dinyatakan satuan gramatik. Satuan-satuan itu adalah wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem (M. Ramlan, 1983;20).
Bentuk bahasa adalah bagian dari bahasa yang diserap panca indera berupa mendengar atau dengan membaca (Gorys Keraf, 1984:16). Berbeda dengan Mahsun (1987:8) menyatakan bahwa bentuk adalah primer sedangkan pemakaian adalah sekunder. Prinsip tersebut digunakan untuk menetapkan tahap analisis, terutama dalam menetukan kategori kata yang dapat mengikuti satuan lingual tersebut dalam salah satu wujud perilakunya.
3.2.1        Fungsi Kata Penghubung
Dalam pengertian kata penghubung sebelum ini, telah dikemukakan oleh para linguis, bahwa istilah konjungsi, preposisi, dan kata depan merupakan pembahasan yang tidak terpisahkan  oleh karena pada tataran fungsi salah satunya adalah menghubungkan kata dengan kata yang pada umumnya tidak dapat  berdiri sendiri sebagai kalimat. Kata penghubung selain fungsinya sebagai penghubung antar kata maupun antar kalimat, secara gramatikal fungsi tersebut merupakan fungsi yang muncul dari satuan lingual tertentu setelah berkontruksi dengan satuan lingual yang lain dalam satuan bahasa.
3.2.2        Makna kata penghubung
Dalam ilmu bahasa Indonesia sintaksis (M. Ramlan, 1983:xiii-xv) mengemukakan bahwa selain kalimat, penggolongan kalimat, fungsi unsure-unsur kalimat, dan kalimat aktif dan pasif. Kata juga ditentukan berdasarkan arti sebagai kumpulan huruf yang mengandung makna. Makna merupakan isi yang terkandung di dalam bentuk-bentuk bahasa, yang dapat timbul karena kita mendengar kata tertentu. (Gorys Keraf, 1984:16-17)
Dalam hal makna disebutkan pula bahwa makna diusahakan dapat ditentukan berdasarkan formalitas bahasa juga. Misalnya, makna penjumlahan ditentukan oleh kemungkinan hadirnya kata penghubung dan, makna pemilihan ditentukan oleh hadirnya kata atau, makna sebab ditentukan oleh kemungkinan hadirnya kata karena, makna alat ditentukan oleh hadirnya kata depan dengan, dan seterusnya.

BAB IV
METODE PENELITIAN

2.1    Populasi Dan Sampel
2.1.1        Populasi Penelitian
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dari suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Purwardarminta dan Syafrudin, 2000:15). Pendapat lain juga menjelaskan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1992:20).
Berdasarkan kedua pendapat para ahli di atas, populasi penelitian mengenai perilaku satuan lingual ra sebagai kata penghubung dan dalam bahasa Bima ini mencangkup semua penutur asli yang berada di kecamatan sape kabupaten Bima. Kecamatan sape merupakan wilayah yang sangat luas, sehingga dengan berbagai pertimbangan akan lebih efisien jika dibatasi dengan penepatan sampel yang dianggap dapat mewakili populasi tersebut.
2.1.2        Sampel Penelitian
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto, bahwa sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti, yang merupakan sumber data kongkrit berupa tuturan yang diperoleh si peneliti. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan yang dianggap mampu atau representatif mewakili populasi tersebut. Dari keseluruhan populasi yang ada, diambil delapan belas orang yang berasal dari enam desa yang berbeda yaitu desa rasabou, jia, na’e, naru, bugis, dan kowo. Penelitian keenam desa tersebut dianggap dapat mewakili keseluruhan populasi penelitian lainnya yaitu wilayah perkotaan, pesisir, dan wilayah perdalaman.
Semua data bersumber dari informasi yang diambil dari penutur asli bahasa Bima. Informan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1.      Usia informan 20-50 tahun
2.      Pendidikan tidak terlalu tinggi (-SD + SMA)
3.      Informan adalah seorang penutur asli bahasa Bima
4.      Sehat jasmani dan rohani dan tidak menyulitkan (tuli dan sebagainya).
5.      Bersikap terbuka, sabar, jujur, dan bersedia menjadi informan (Samarin, 1998:61).

2.2    Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap, dalam hal ini terjadi percakapan atau kontak mata antara peneliti dan penutur (Sudaryanto, 1989:7). Teknik cakap semuka (Mahsun, 1995:94) dalam pelaksanaan peneliti secara langsung melakukan pengamatan dan percakapan dengan para informan. Bersumber pada pancingan berupa daftar pertanyaan.
Selain metode di atas, penelitian ini juga menggunakan metode simak yaitu cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 1995:78). Metode ini memiliki teknik dasar yang terwujud teknik sadap yaitu peneliti dalam upaya memperoleh data dilakukan dengan penggunaan bahasa baik secara lisan maupun secara tertulis.

2.3    Metode Dan Teknik Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data dikumpulkan bukanlah angka-angka melainkan kata-kata atau gambaran sesuatu. Penelitian ini bersifat penggambaran fenomena-fenomena kebahasaan yang terjadi pada penutur dan dilakukan dengan hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena-fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya sehingga yang dihasilkan merupakan farian bahasa seperti apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). Setelah data terkumpul, kemudian langkah selanjutnya adalah analisis data. Cara kerjanya yaitu dengan menghubungkan fenomena yang ada dalam bahasa itu sendiri dan tidak dikaitkan dengan unsure-unsur yang berbeda di luar bahasa itu.
2.4    Metode Dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data yang berupa kaidah-kaidah dapat disajikan melalui dua cara yaitu, a. Perumusan dengan menggunakan kata biasa termasuk penggunaan terminology yang bersifat teknis, dan b. Perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Kedua cara di atas masing-masng disebut metode informal dan metode formal (Mahsun, 1995:48) ikhwal penggunaan tanda-tanda dan lambang-lambang merupakan teknik hasil penjabaran dari masing-masing metode penyajian tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1.            KESIMPULAN
Dilihat dari uraian diaatas dapat disimpulkan bahwa Bahasa-bahasa daerah merupakan kekayaan nasional yang perlu dilestarikan dan dibina dalam rangka mengembangkan dan memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia
Bahasa Bima adalah bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi bagi masyarakat Bima dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Di lain sisi, bahasa Bima sebagai alat pengungkap kebudayaan daerah yang meliputi kesenian, hukum, adat istiadat, agama, dan pengobatan nasional
5.2.            SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurang sempurnaan bahasa dalam makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulis ketika membuat karya tulis dimasa yang akan datang bisa lebih baik lagi.

Diharapkan kepada semua pihak agar meneliti kesalahan yang ada dalam makalah ini demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.
Mahsun, dkk. 1987. Kedudukan dan Perilaku Satuan Lingual {i} dalam Bahasa Sumbawa Dialek Jereweh. Mataram: Laporan Penelitian Universitas Mataram.
            1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Maesyarah. 2003. “Reduplikasi Sintaksis Bahasa Bima”. Skripsi. Mataram: FKIP Universitas Mataram.
Ramlan. 1980. Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
            1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono
Sudaryanto. 1985. Metode dan Aneka Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Samarin, Willyam. 1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.
Yulianti Ika. 2004. “Reduplikasi Sintaksis dalam Bahasa Bima”: Skripsi Mataram: FKIP Universitas Mataram.









2 komentar:

  1. bagi yang masuk blog ini saya ucapkan selamat membaca dan menikmati layanan ini

    BalasHapus
  2. terima kasih telah mengabdet data ini

    BalasHapus